Rasulullah SAW
adalah teladan umat muslim sedunia yang merupakan insan yang paling sempurna
akhlaknya. Sehingga dikatakan bahwa beliau Rasul adalah al-Qur'an berjalan.
Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya menjadi insan yang shaleh dan
berpendidikan. yang menjadi permasalahannya adalah "Bagaimana cara
Rasulullah mendidik anaknya agar menjadi baik dan benar???". Berikut
ini merupakan salah satu contoh yang mungkin bisa menjadi teladan buat kita
semua. Yaitu cara-cara mendidik anak yang dilakukan oleh Rasululah Nabi
Muhammad SAW. Banyak orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama
pada anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama
memberikan panduan lengkap mendidik anak. Nah, lewat tulisan ini saya akan
memberikan gambaran jelas tentang cara mendidik anak ala Rasullulah SAW. Semoga
menjadi Kisah teladan yang bermanfaat bagi kita
semua.
Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja. Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan menjadi manusia yang baik atau tidak.Rasulullah SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
Pendidikan
Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan
pembentukan kepribadian secara Islami. Semua itu dilakukan dengan bantuan
lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam masyarakat tempat ia tinggal. Dan
lembaga pendidikan Islam paling dini adalah orangtua dan keluarga, yang
berperan sebagai madrasah pertama dalam kehidupan individu.
Selain itu juga
masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam
meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di
dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali
individu dengan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan
ini.
Seorang anak
menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan keluarga, maka keluarga
sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak tentang berbagai macam perilaku
Islami. Keluarga juga bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai
pendidikan sosial yang baik.
Yang harus
diperhatikan dan sangat penting dalam kehidupan anak yaitu pendidikan aqidah,
lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlaq. Sangat
penting diajarkan kepada anak bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai
akhlaq yang mulia. Dan itu juga ditopang dengan contoh yang mereka temukan di
dalam keluarga dan lingkungan.
Setiap anak
muslim hendaknya diajari untuk selalu berakhlaq baik, seperti sikap ihsan,
amanah, ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling menasihati, adil, membangun
silaturahim, menepati janji, mendahulukan kepentingan orang lain, suci diri,
dan pemaaf.
Akhlaq yang
baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Dan akhlaq yang baik diperoleh
dengan berjuang untuk menyucikan jiwa, mengarahkannya untuk berbuat , dan
menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan
ibadah tidak lain merupakan sarana untuk mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal
ini Rasulullah SAW adalah contoh yang paling baik, teladan yang paripurna,
dunia akhirat.
Allah SWT
berfirman; “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS Al Qalam:4).
Rasulullah SAW
bersabda; “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (HR Al-Bukhari).
• Ihsan
Ihsan adalah
perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya secara baik dan
menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga terdapat dalam bentuk
interaksi dengan siapa pun makhluk Allah SWT. Ihsan mempunyai beberapa
pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar dan profesional dalam bekerja.
Membalas keburukan orang-orang yang berlaku salah dengan kebaikan atau menerima
permintaan maaf dari mereka. Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan
memendam amarah (Setiap anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan
memberikan nasihat yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah
Rasulullah SAW dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh
utama dalam kehidupan ini.
Sebagaimana
firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemunkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (OS An-Nahl: 90).
Rasulullah SAW
juga bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat balk dalam berbagai
hal. Seandainya kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik; dan seandainya
kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang
di antara kalian mempertajam mata pisaunya dalam membunuh binatang
sembelihannya.” (HR Muslim).
• Amanah
Amanah adalah
menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa mengulur-ulur waktu.
Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti belajar dengan tekun dan
rajin, sedangkan sikap amanah dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah
dengan menjaga rahasia-rahasia mereka.
Sebelum
Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di sekitar
Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin, “orang yang
terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap amanah, begitu pula
dengan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah SWT
berfirman dalam surah An-Nisa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya.”
Rasulullah SAW
bersabda, “Jadilah kalian orang yang amanah bagi orang orang yang telah
mempercayaimu, dan janganlah kalian mengkhianati orang yang mengkhianatimu.”
(HR Daraquthni).
• Ikhlas
Seorang anak
harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan pekerjaannya maupun
proses belajarnya. Semua itu harus mereka laksanakan dengan ikhlas, demi
mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada
sifat munafik, riya’, atau hanya mendapatkan pujian dari orang-orang.
• Sabar
Seorang anak
harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu yang tidak disenangi
dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan atau keluhan. Sikap sabar
dapat termanifestasi melalui sikap, baik dalam melaksanakan ibadah maupun
muamalah, serta menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Oleh karena itu
seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya
dengan sikap yang tetap sabar.
Allah SWT
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran: 200).
Pada ayat yang
lain Allah SWT berfirman, “Sesugguhnya hanya orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10).
Rasulullah SAW
bersabda, “Betapa menakjubkannya perkara orang-orang beriman, segala perkara
mereka baik, dan hal itu tidak didapatkan kecuali oleh orang beriman. Apabila
mendapatkan kebahagiaan, ia akan bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi
dirinya. Begitu pula apabila ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu
adalah yang terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim).
• Jujur
Dalam
menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan,
seorang mualim hendaklah berlaku jujur,hanya untuk mengharapkan ridha Allah
SWT.
Seorang anak
hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di dalam perkataan maupun
perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar dari mulutnya sesuai dengan
realitas yang ada. Tidak berbohong di hadapan orang lain, karena sifat bohong
adalah satu ciri orang munafik.
Sifat jujur
akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat membantu seseorang mualim
untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa yang damai.
Allah SWT
berfirman dalam AlQuran, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang yang
menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit
pun tidak mengubah janjinya.” (QS AlAhzab: 23).
Rasulullah SAW
bersabda, “Hendaknya kalian berlaku jujur. Karena kejujuran akan menunjukkan
seseorang pada perbuatan baik, dan perbuatan baik akan membawa seseorang kepada
surga.
Seseorang yang
memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan kejujurannya, di sisi Allah akan
tercatat sebagai orang yang jujur. Dan hendaknya kalian menjauhkan diri dari
sifat bohong. Karena kebohongan akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa
akan mengantar manusia ke pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih
terus melakukan kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong.” (HR
Muslim).
• Tawadhu’
Seorang anak
hendaknya diajari bahwa tawadhu’ atau rendah hati hanya dapat dicapai dengan
menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba Allah yang lain. Jalinlah
hubungan dengan fakir miskin, karena doa mereka mustajab. Dan bergaullah dengan
baik dengan siapa saja.
Usahakan untuk
menjauhkan diri dari sikap angkuh, mengagung-agungkan diri, baik dengan
memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu pengetahuan. Jangan suka dengan
puji-pujian yang berlebihan atau penghormatan di luar batas.
Salah satu
sikap tawadhu’ Rasulullah SAW, beliau sangat tidak suka orang-orang memberikan
pujian kepada beliau atau berdiri untuk memberi penghormatan kepada beliau.
Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga tidak pernah membedakan diri beliau dengan
para sahabat beliau sehingga beliau pun mengerjakanapa yang para sahabat
kerjakan. Rasulullah pun terbiasa bercanda dengan para sahabat, mendatangi
mereka, bermain dengan putra-putra mereka, dan memulai untuk mengucapkan salam
atau menjabat tangan para sahabat terlebih dahulu.
Allah SWT
berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan,
Yang Maha Penyayang, adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati; dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang mengandung keselamatan.”
Begitu juga
dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang
tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan
kesudahan yang baik itu adalah untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS
Al-Qashash: 83).
• Malu
Seorang anak
hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang dapat mendekatkannya
pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Sikap malu akan
mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan dosa. Selain itu juga akan
menjadikan seorang mualim untuk berbicara benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah
SAW adalah orang yang,sangat pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara
kecuali yang baik-baik saja.
Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki
keimanan.” (HR Bukhari Muslim).
• Saling
Menasihati
Seorang anak
hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang tulus, terlepas dari
maksud-maksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka seorang mualim hendaknya
memberikan nasihat kepada mualim lainnya. Karena nasihat dapat melepaskan
seseorang dari api neraka. Sering memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para
nabi dan rasul.
Allah SWT
berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan aural shalih dan nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.”
Rasulullah SAW
juga bersabda, “Agama adalah sebuah nasihat.”
Para sahabat
bertanya, “Bagi siapa, wahai Rasulullah?”
Rasulullah
menjawab, “Bagi (milik) Allah, para rasul, dan seluruh kaum mualimin.” (HR
Muslim).
• Adil
Seorang anak
haruslah diajari bahwa keadilan adalah sifat utama, yang mana seseorang
menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah menjunjung tinggi sifat
kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi.
Allah SWT
berfirman, “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan….” (QS An-Nahl: 90).
Rasulullah SAW
bersabda, “Orang orang sebelum kalian telah hancur; karena apabila mereka yang
terhormat mencuri, mereka akan membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah
yang mencuri, mereka menerapkan hukum kepadanya.” (HR Al-Bukhari).
• Membangun
Silaturahim
Silaturahim
adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua serta kaum kerabat. Di samping
itu juga menjaga hak-hak para tetangga dan orangorang lemah. Semua itu
dilakukan untuk mempererat ikatan hubungan di antara keluarga dan untuk
menumbuhkan rasa cinta di antara manusia. Yang termasuk dalam bagian
silaturahim adalah berlaku baik dan sopan ketika bertemu dengan kaum kerabat,
serta menyambut kedatangan mereka dengan suka cita.
Silaturahim
juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui cara
mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut kedatangan para tetangga dengan suka
cita, dan menampakkan wajah senang ketika bertatap muka dengan mereka.
Tidak hanya
itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui menjenguk orang yang sakit,
dan membantu meringankan beban mereka.
Allah SWT
berfirman, “Dan orangorang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang
buruk.” (QS Ar-Ra’d: 21).
• Menepati
Janji
Tanamkan rasa
percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah dibuatnya merupakan salah
satu tanda orang beriman, dan Allah SWT menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu
menepatinya, ajarkan pula untuk minta maaf.
Menyalahi janji
termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena perbuatan itu hanya akan
menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat.
Tidak hanya
itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT
berfirman, “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai
pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34).
• Mendahulukan
Kepentingan Orang Lain
Ikhlas berkorban
dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam perbuatan-perbuatan yang
utama dalam ajaran Islam. Sikap ini terimplementasi dalam bentuk mencintai
orang lain, melayani kebutuhan kaum mualimin, berkorban demi kepentingan
mereka, dan memiliki keyakinan bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan
mendahulukan kepentingan sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia.
Oleh karena itu
marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi mendapat ridha Allah SWT
tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan mulailah mendahulukan kepentingan
orang lain, karena sifat itu dapat membebaskan seorang mualim dari sifat egois.
Allah SWT
berfirman, “Dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka memerlukan spa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (QS
Al-Hasyir: 9).
Rasulullah SAW
bersabda, “Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.”
Mari kita
ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan sesama, terutama
kepada orang-orang lemah dan tertindas. Tidak merendahkan atau menyakiti,
apalagi mencela mereka. Hendaklah kita selalu bersikap lemah lembut kepada
makhluk Allah yang lain. Kasih sayang akan mendatangkan cinta dan menyatukan
hati. Sikap keras hanya akan memisahkan hati dan menumbuhkan kebencian.
Marilah kita
membiasakan diri untuk meminta maaf kepada orang lain, memberikan pertolongan
dan manfaat untuk sesama dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
Allah SWT
berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan sating berpesan untuk
berkasih sayang….” (QS Al-Salad 17).
Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari
Muslim).
• Suci Diri
Islam adalah
agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat menganjurkan kepada setiap
individu mualim agar selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat
tinggal masingmasing.
Seorang mualim
hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang menempel pada pakaian
atau badan, karena ketika menghadap Allah SWT seseorang diharuskan bersuci.
Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan pakaian yang bersih dan yang terbaik
untuk bersujud menghadap Allah SWT.
Allah SWT
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan
basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub, mandilah.”
(QS AI-Maidah: 6).
• Pemaaf
Sifat utama
lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan berani
karena benar.
• Pengetahuan
ihwal Akhlaq yang Buruk
Kita juga harus
memberi tahu kepada anak-anak kita ihwal akhlaq yang buruk. Diharapkan dengan
pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari hal tersebut.
Sifat yang
jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni membicarakan keburukan-keburukan
saudaranya sesama mualim dan orang yang dibicarakan itu tidak ada di
hadapannya. Perbuatan ghibah itu bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan,
isyarat, ataupun sindiran.
Kemudian
namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan seseorang dan
kemudian menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan mengobarkan api
permusuhan di antara kedua orang tersebut.
Akhlaq tercela
lainnya seperti riya’, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah,
kikir, bohong, tamak.
Mereka yang
berakhlaq baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada ajaran agama. Mudah
bagi mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan evaluasi diri. Anak-anak
yang tumbuh di tengah keluarga yang istiqamah mengerjakan perintah Allah SWT
dan menghindari larangan-Nya insya Allah akan selalu dituntun-Nya dalam
pendidikan dan kasih sayang-Nya.
Itulah tadi
salah satu contoh kisah teladan Cara
mendidik Anak Ala Rasulullah -
dan jawaban Bagaimana cara Rasulullah mendidik anaknya
agar menjadi baik dan benar? yang akan
sangat baik bila kita mengambil nilai-nilai positif dari kisah tersebut. Semoga
dapat bermanfaat positif bagi anda yang Kisah Teladan ini.
http://za-enal.blogspot.com/2012/08/cara-mendidik-anak-ala-rasulullah.html
0 comments:
Post a Comment